Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

Perkenalkan

Saya Anda Juanda, M.Pd, Calon Guru Penggerak Angkatan 3 dari SMP Negeri 2 Japara Kabupaten Kuningan. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yaitu Pak Barnas, M.Pd dan Pengajar Praktik saya Ibu Imas Sumarsih, S.Pd., M.M. yang selalu membimbing, mengarahkan, memberikan support, dan mendampingi saya dalam mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini.

Izinkan saya dalam kesempatan ini membahas tentang Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu per satu.

 

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Seperti yang kita ketahui dalam Pratap Triloka, Ki Hajar Dewantara mengusung slogan yang begitu membumi yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani.

Mari kita kaji satu persatu rangkaian kata-kata indah tersebut dan coba kita hubungkan dengan pengambilan keputusan pemimpin pembelajaran yang saat ini sedang kita pelajari. Ing ngarso sung tulodo, berarti bahwa seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan suri teladan yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya. Guru harus mampu memantaskan dirinya sendiri sebagai pemimpin. Hal ini kemudian akan dapat terefleksikan dalam keteladanan di setiap keputusan yang ia ambil terhadap murid-murid dan orang-orang di sekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan atau contoh menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya.

Ing madya mangun karsa artinya guru (pemimpin) harus bisa bekerja sama dengan orang yang didiknya (murid). Hal ini akan membuat pembelajaran yang dilaksanakan akan terasa lebih mudah dan hubungan yang terjalin antara guru dengan murid semakin erat. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua bagi murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan dalam pengambilan keputusan. Dengan ing madya mangun karsa, guru diharapkan dapat melaksanakan tahapan coaching yang tentunya melibatkan murid itu sendiri. Hal ini bertujuan agar murid dapat mengambil keputusan termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi para murid. Dengan demikian potensi murid menjadi lebih berkembang sehingga mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat.

Tut wuri handayani yaitu memberi kesempatan kepada murid untuk maju dan berkembang. Guru secara optimal mengerahkan segala kemampuannya dalam pembelajaran murid dalam setiap aspek; kognitif, afektif serta psikomotor. Selain sebagai seorang pengajar dan pendidik guru pun mengambil peran sebagai coach dan motivator. Guru harus mampu mendorong murid untuk terus berkembang dan semakin terampil dalam pengambilan keputusan-keputusan yang dari setiap masalah yang dihadapi.

Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu saja dituntut untuk dapat menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dalam konteks guru penggerak tentu saja nilai-nilai yang harus tertanam dalam diri kita terdiri dari lima nilai yang meliputi mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.

Kemandirian tentu saja menjadi hal penting dalam pengambilan keputusan. Mandiri di situ tentu saja bukan berarti menafikan peran orang lain. Tentu saja hal ini diawali dengan mendengarkan pendapat orang terlebih dahulu. Barulah setelah itu dengan mempertimbangkan berbagai aspek kita sebagai pemimpin pembelajaran megambil sebuah keputusan sebuah keputusan. Pengambilan keputusan pun dapat dilksanakan setelah kita melakukan refleksi atas segala hal yang terjadi. Pengambilan keputusan pun membutuhkan kerjasama dengan pihak lain yang bermakna adanya kolaborasi dengan yang lain. Sebagai pemimpin pembelajaran kita pun dituntut untuk membuat atau mengambil keputusan yang inovatif yang mungkin belum terpikirkan oleh orang lain. Dan yang paling penting apapun keputusan kita sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya setiap keputusan tersebut berpihak pada murid.

Kelima nilai ini tentu saja akan mempunyai pengaruh besar kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Adapun ketiga prinsip dalam pengambilan keputusan tersebut yaitu:

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Dalam kegiatan terbimbing baik yang difasilitasi oleh fasilitator yaitu diskusi antar CGP maupun dari pemaparan instruktur pada materi pengambilan keputusan ini ternyata lebih menekankan pada proses yang memang harus dilakukan yang terdiri dari 3 prinsip, 4 paradigma serta 9 langkah pengambilan keputusan. Tidak ada kesimpulan pasti tentang pengambilan keputusan apalagi berkaitan dengan dilema etika. Semuanya diserahkan pada diri secara personal karena tiap individu memiliki nilai-nilai serta prinsip sendiri yang mungkin saja berbeda satu dengan yang lain. Namun menentukan keselarasan nilai serta prinsip ini tidak berjalan begitu saja tetapi dapat dikuatkan dengan adanya sesi coaching, Materi yang telah dibahas di modul sebelumnya.

 

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dalam menjalankan tugasnya dalam pendidikan terutama sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan. Kompetensi sosial emosional itu sendiri terdiri dari kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Dalam proses pengambilan keputusan itulah diperlukan kompetensi sosial emosional tersebut. Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan penuh kesadaran (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan selalu akan ada pro dan kontra di dalamnya. Namun yang terpenting adalah keputusan yang kita ambil sennatiasa berpihak pada murid.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Berbekal materui dilema etika diharapkan para guru dapat mengetahui apakah kasus yang ia hadapi termasuk ke dalam dilemma etika taukah merupakan bujukan moral. Dengan mengikuti Sembilan langkah pengambilan keputusan maka suatu kasus akan terdeteksi sebagai apa, apakah hanya bujukan moral ataukah sebuah dilema etika. Hal ini juga ditunjang dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh guru terutama seorang guru penggerak yaitu nilai inovatif, kolaboratif, mandiri, reflektif serta berpihak pada murid seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi.Maka seorang pendidik yang di dalam dirinya tertanam nilai-nilai tersebut tentu akan dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik serta bertanggung jawab karena adanya berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran kerap dihadapkan pada situasi dimana ia diharuskan mengambil suatu keputusan. Namun kadangkala dalam pengambilan keputusan tersebut kita dihadapkan pada sejumlah hambatan seperti lingkungan yang kurang mendukung, benturan dengan peraturan, kurangnya kepercayaan dari pemimpin karena merasa lebih berwenang, dan seta kepercayaan orang lain terhadap diri kita. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat serta berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Hal ini bisa dilakukan dengan melaksanakan tahapan atau langkah-langkah yang ada di 9 langkah pengambilan keputusan. Jika ada hal yang tidak benar dalam salah satu langkah tersebut dapat dipastikan kasus yang dihadapi adalah bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan yang muncul pada saat pengambilan keputusan di antaranya masih adanya budaya ewuh pakewuh  atau masih merasa sungkan dengan adanya rekan guru yang lebih senior. Selain itu mindset rekan-rekan kerja juga kerap menjadi benturan, Mau tidak mau diakui atau tidak aka nada pola pikir yang berbeda antar yang sudah mendapatkan ilmu -yang dalam hal ini merupakan guru penggerak- serta yang belum mendapat kesempatan untuk mendapatkan ilmu tersebut. Faktor lainnya adalah faktor pemimpin, karena walau bagaimana pun pemimpin keputusan utama di sekolah tentu saja adalah pemimpin di sekolah yaitu kepala sekolah.

 

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengajaran yang memerdekakan murid-murid dalam hal ini saya artikan sebagai pembelajaran yang berpihak pada murid. Sebuah situasi di mana para murid menikmati proses belajar tanpa adanya tekanan. Para murid bebas untuk belajar dengan kesiapan serta gaya belajar masing-masing di mana hal ini terakomodir oleh pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi yang diterapkan oleh guru. Jika hal ini dikaitkan dengan pengambilan keputusan tentu saja akan mempunyai pengaruh besar. Pengambilan keputusan yang kita ambil tentu akan sangat berpengaruh pada pengajaran memerdekakan guru. Jika keputusan yang kita ambil tepat tentu saja harapan tersebut akan dapat terwujud sedangkan jika keputusan yang kita ambil ternyata kurang tepat mungkin saja akan berdampak pembellajaran yang memerdekakan itu tidak akan terwujud. Bahkan bias jadi jutru murid akan merasa terbelenggu dengan pembelajaran yang kita terapkan.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Belajar dari kasus dilemma etika serta bercermin dari hala-hal nyata yang terjadi dalam kehidupan terutama di dalam dunia pendidikan ternyata begitu banyak keputusan yang kita ambil akan berdampak di kemudian hari 10, 20 atau 30 tahun yang akan datang di mana di situlah masa depan para murid kita. Sebagai contoh missal ada anak yang tidak mengikuti ujian sekolah atau nilainya terlalu kecil untuk dinyatakan lolos. Pada akhirnya dengan berbagai pertimbangan serta adanya kebijakan daei pengambil keputusan anak tersebut dinyatakan lulus dari sekolah. Ternyata suatu saat anak tersebut menjadi orang sukses dengan pekerjaan yang mapan. Salah satu peran pentingnya ternyata karena ada surat lulus dari sekolah yang menjadi syarat untuk bekerja di tempat tersebut.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pada pembelajaran modul ini kita belajar tentang materi pengambil keputusan pemimpin pembelajaran. Di mana kita makin dimatangkan dari segi pengambilan keputusan dengan tiga hal utama 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan serta 9 langkah pengambil keputusan. Hal ini diperkokoh dengan modul-modul sebelumnya di antaranya nilai-nilai guru penggerak yang meliputi nilai inovatif, kolaboratif, mandiri, reflektif serta berpihak pada murid serta kompetensi sosial emosional yang terdiri dari kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills) serta ditunjang oleh kegiatan coaching.

Komentar